Selasa, 04 Januari 2011

SENI BUDAYA INDONESIA

Setelah Wayang, Batik, Keris diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia, Kini giliran Angklung di perjuangkan menjadi Warisan Budaya Dunia.
Alat Musik dari bambu ini ini selain terdapat di Sunda (Jawa Barat) ternyata juga terdapat di Jawa tengah, Jawa timur.
berikut ini adalah ulasan tentang angklung Sunda yang terangkum dari wikipedia:

Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian (tatanen) terutama di sawah dan huma telah melahirkan penciptaan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya nyinglar (tolak bala) agar cocok tanam mereka tidak mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya. Syair lagu buhun untuk menghormati Nyi Sri Pohaci tersebut misalnya:

Si Oyong-oyong
Sawahe si waru doyong
Sawahe ujuring eler
Sawahe ujuring etan
Solasi suling dami
Menyan putih pengundang dewa
Dewa-dewa widadari
Panurunan si patang puluh

Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Perkembangan selanjutnya dalam permainan Angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan=aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk.

Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.
[sunting] Angklung Kanekes

Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka orang Baduy) digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai.

Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu, Oray-orayan, Dengdang, Yari Gandang, Oyong-oyong Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran, Ayun-ayunan, Pileuleuyan, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Giler, Ngaranggeong, Aceukna, Marengo, Salak Sadapur, Rangda Ngendong, Celementre, Keupat Reundang, Papacangan, dan Culadi Dengdang. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.

Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.

Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
[sunting] Angklung Dogdog Lojor

Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4 buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.

Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.
[sunting] Angklung Gubrag

Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung).

Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
[sunting] Angklung Badeng

Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama Islam ke kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam.

Lagu-lagu badeng: Lailahaileloh, Ya’ti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan, Solaloh.
[sunting] Buncis

Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.

Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.

Dari beberapa jenis musik mambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis (Priangan/Bandung), Angklung Badud (Priangan Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng (Malangbong, Garut), dan Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908—1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar. (wikipdia) 

http://seninusantara.blogspot.com/

Makna Persahabatan

persahabatanDiambil dari milis yang gw ikutin.. pertama liat gw merasa, ya paling ini sebuah artikel biasa aja tetapi kalo udah dibaca ternyata cukup mengharukan dan menyentuh hati, maka gw pikir ada baiknya juga gw salin ke blog ini, artikel ini gw persembahkan buat teman-teman semua..
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.


Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…


Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan
antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Ini gw berikan suatu ilustrasi tentang pentingnya sebuah persahabatan, terserah mau komentar apa tentang ilustrasi berikut ini [sumber gambarnya lupa]
Nah bagaimana sikap teman-teman dalam menyingkapi sebuah persahabatan? kalo menurut lirik lagu sindentosca yang berjudul kepompong, persahabatan itu..
persahabatan bagai kepompong merubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan
bagai kepompong Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan
bagai kepompong Maklumi teman hadapi perbedaan

http://www.emfajar.net/friends-of-mine/makna-persahabatan/

Minggu, 02 Januari 2011

Kiat Sukses Melangkah dalam Dunia Kerja

Kali ini kita tidak akan membahas soal dunia kerja online. Tapi saat ini saya akan bahas mengenai kita sukses dalam dunia kerja dalam kehidupan kenyataan, atau lebih sering dibilang offline sama temen-temen semua. Kalau di bisnis online udah banyak dibahas sama master disana, disini dan disitu. Tapi sepertinya hampir 60% orang di dunia masih tetap menghandalkan bisnis offline, karena mungkin lebih mudah dipelajari kali yah ( Ga tahu Mode : ON). Ok deh langsung aja kita bahas artikel mengenai Kiat Sukses melangkah dalam dunia kerja
Berikut ini adalah tips agar Anda tetap semangat dan percaya diri ketika harus berganti pekerjaan dan karir.

1. Buatlah CV baru
Buat surat lamaran kerja yang baru, lengkapi dengan curriculum vitae yang memuat detail setiap pencapaian karir Anda selama ini. Jangan lupa sertakan no telepon, hand phone, dan email.
2. Tetap semangat
Siapkan diri anda untuk menerima kemungkinan terburuk, namun tetap berusaha melakukan yang terbaik. Tetap fokus pada goal Anda dan ingatlah bahwa ada sebuah pekerjaan yang lebih baik menanti Anda di luar sana.
3. Cari dukungan
Beritahukan situasi sesungguhnya dengan keluarga dan teman. Tidak ada gunanya menarik diri dari pergaulan karena justru keluarga dan teman akan membantu Anda untuk tetap termotivasi dan bahkan bisa membantu mencari peluang baru untuk Anda.
4. Bersosialisasi
Lebih terlibat dengan komunitas di sekitar kediaman Anda. Bertemu dan berteman dengan banyak orang baru karena ini bisa membuka kesempatan untuk menemukan pekerjaan yang lebih dekat dengan tempat tinggal Anda.
5. Lingkungan rumah yang kondusif
Sediakan sebuah ruangan kecil di rumah Anda yang bisa berfungsi sebagai “kantor” sementara. Lengkapi dengan meja, telepon, komputer dan perlakukan selayaknya “kantor” untuk mencari kerja.
6. Berpikir positif
Hindari menggunakan kata-kata “pengangguran” , “susah menemukan pekerjaan”. Ganti dengan kata-kata yang lebih positif seperti “Pekerjaan yang lebih menjanjikan sedang menanti saya”
7. Perhatikan kesan pertama
Ketika akhirnya Anda diwawancara untuk sebuah pekerjaan, ingatlah bahwa hanya dibutuhkan 7 detik untuk memberikan kesan pertama. Gunakan sebaik-baiknya dengan tersenyum penuh percaya diri, berpenampilan rapi, sopan dan sesuai dengan keadaan. Berpenampilan rapi dan menarik akan meningkatkan rasa percaya diri Anda.
(Rahmat Saepulloh)

Sabtu, 01 Januari 2011

Asal Usul Kartun

Kenal tokoh Oom Pasikom? Si Oom yang satu ini selalu tampil bertopi. Ia juga berjas-dasi. Di bawah leher tergantung lembaran kain kecil, lambang status yang dipertahankannya secara fanatik. Muncul pertama kali pada Oktober 1969 di Harian Kompas, si Oom yang lahir dari kartunis G.M. Sudarta ini masih nongol sampai kini.

Majalah Mingguan Berita Tempo pun selalu menyajikan kartun karya Prijanto S. dalam setiap penerbitannya. Kartun Pris, nama yang selalu ia cantumkan dalam karyanya, tampil menggelitik dan penuh sindiran.

Oom Pasikom dan kartun karya Pris pun hadir mewakili tingkah polah komunitas masyarakat sekelilingnya. Ini pas dengan pemahaman arti kata kartun, sebagai sebuah gambar atau serangkaian gambar yang memuat cerita atau pesan dalam wujud sindiran atau humor, tulis The World Book Encyclopedia, 1992.

Sementara pengertian kartun seperti yang sekarang kita pegang dicanangkan pada 1843 di Inggris. Ketika itu ajang kompetisi dan pameran kartun besar-besaran digelar di masa kekuasaan Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Objeknya, dinding House of Parliament.

Kata “kartun” sebenarnya berasal dari bahasa Italia, cartone yang berarti kertas. Pada masa itu para seniman negara ini memang getol membuat sketsa untuk gambar gedung, permadani, atau gambar mozaik pada kaca.
Para kartunis umumnya menggambar lima hal: editorial, politik, komik, majalah, ilustrasi, dan animasi. Banyak kartunis editorial menggunakan bentuk karikatur untuk menampilkan kelucuan orang-orang terkenal.

Komik atau bentuk kartun lainnya, kebanyakan merupakan kombinasi antara kata dan gambar, tetapi banyak juga yang hanya menggunakan gambar. Penonjolan bagian tertentu biasa dibikin untuk menguatkan karakter gambar. Kepala yang sebenarnya cuma seperdelapan badan, dalam kartun bisa muncul menjadi sepertiga atau setengahnya. Dengan memperbesar ukuran badan seperti kepala, kartunis leluasa memasukkan ekspresi wajah. Senyuman, ejekan, atau kerdipan kelopak mata menjadi lebih berarti, tulis Encyclopedia Americana, 1976.

Jauh ke masa silam, gambar karikatur sudah ditemukan di dinding-dinding dan jambangan bunga pada zaman Mesir kuno dan Yunani kuno. Bahkan seniman Prancis, Honore Daumier (1830 - 1870), dari zaman pertengahan, dikenal sebagai bapak kartun modern. Ia mengkarikaturkan para pemimpin Prancis untuk koran dan majalah di negaranya. Daumier bahkan sempat dijebloskan ke hotel prodeo tahun 1832 gara-gara mengkarikaturkan Raja Louis Philippe.

Salah satu kartunis koran politik terkemuka dari tahun 1900 adalah Sir David Low asal Selandia Baru. Memulai kariernya pada 1914 dan pindah ke London pada 1919. Ia memunculkan karakter pada diri “Colonel Blimp” sosok militer tua yang reaksioner.

Sementara pada kurun waktu 1930 - 1940, buku-buku komik sangat populer. Begitu pula sesudah PD II (1935 - 1945) komik-komik humor kembali populer.

Di Indonesia, menurut buku Komik Indonesia karangan Marcel Bonneff, Komik Timur muncul berkat surat kabar besar Sin Po. Tahun 1930, surat kabar itu setiap minggu memuat komik strip yang menceritakan berbagai petualangan tokoh jenaka, karya komikus muda Kho Wang Gie.

Awal 1931, tokoh gendut Put On untuk pertama kalinya muncul, dan segera akrab dengan pembaca. Put On digambarkan sebagai si gendut yang baik hati, tetapi bodoh, yang sok pintar namun selalu gagal.

Kemunculan kartun di harian atau mingguan tentu tak terbayangkan pada masa dulu. Pada masa awal perkembangannya, kartunis koran atau majalah harus langsung menggambar di atas blok kotak kayu (bisa dipakai berulang-ulang untuk membikin kopi). Setelah gambarnya pasti, bisa dengan pensil atau pena, pengukir lantas mengukirnya sesuai garis coretan. Proses ini membutuhkan waktu paling tidak 24 jam.

Sejalan dengan berkembangnya proses cetak dan separasi warna, kini para kartunis sebenarnya punya peluang mengeksplorasi gambar yang lebih “berwarna”. Tetapi rupanya mereka percaya nuansa hitam putih masih jauh lebih menggelitik. Anda percaya? 
http://www.artikelpintar.com/2010/10/asal-usul-kartun.html